Pengertian Kitin
Kitin berasal dari bahasa yunani Chitin, yang berarti kulit kuku, merupakan komponen utama dari eksokeleton crustacean yang berfungsi sebagai komponen penyokong dan pelindung. Senyawa kitin adalah suatu polimer golongan poli sakarida yang tersusun atas satuan-satuan N-asetilglukosamina melalui ikatan ß-(1,4), yang secara formalnya dapat dipertimbangkan sebagai suatu senyawa turunan selulosa yang gugus hidroksil pada atom C-2 digantikan gugus asetamina (Apsari, 2010)
Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk menyusun eksoskleton
dari artropoda (serangga, laba-laba, krustase, dan hewan-hewan lain sejenis).
Kitin tergolong homopolisakarida linear yang tersusun atas residu N-asetilglukosamin
pada rantai beta dan memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang
mengandung nitrogen. Kitin murni mirip dengan kulit, namun akan mengeras ketika
dilapisi dengan garam kalsium karbonat.Kitin membentuk serat mirip selulosa yang
tidak dapat dicerna oleh vertebrata.
Kitin adalah polimer yang paling melimpah di laut. Sedangkan pada kelimpahan di
muka bumi, kitin menempati posisi kedua setelah selulosa.Hal ini karena kitin
dapat ditemukan di berbagai organisme eukariotik termasuk serangga, moluska,
krustase, fungi, alga, dan protista(http://id.wikipedia.org/wiki/Kitin)
Sumber-sumber kitin
Kitin merupakan senyawa terbanyak kedua setelah selulosa sebagai komponen
organic yang paling banyak tersedia di alam. Kitin banyak ditemukan secara
alamiah pada kulit jenis crustacean, antara lain kepiting, udang dan lobster.
Kitin juga ditemukan di beberapa jenis serangga, zoo-plankton serta dinding sel
jamur. Kandungan kitin pada setiap hewan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Persentase kitin pada hewan
Sumber % Kitin
Fungi (jamur) 5-20%
Worms (cacing) 3-20%
Squigs/octopus (gurita) 30%
Spiders (laba-laba) 38%
Cocroaches (kecoa) 35%
Water beetle (kumbang air)37%
Silk worm 44%
Hermit crab 69%
Kepiting 71%
Udang 20-30%
Sumber: Muzzerlli, 1985
Struktur dan sifat kitin, kitosan
Kitin merupakan polimer dengan berat molekul
besar, yaitu gugusan dari 2-acetamido-2deoxy-D-glucopiranosil
dengan ikatan β-(1→4) (BeMiller, 1965). Kitin memiliki struktur yang
hampir sama dengan selulosa, perbedaanya terletak pada atom C2 yang berikatan dengan amin, sedangkan selulosa berikatan dengan gugus hidroksil (Bonderias et al., 2005).
Kitin secara alami ditemukan dalam tiga
bentuk yaitu α, β, γ, parameter ini diuji dengan sinar X. Bentuk α dan γ
kitin adalah unit yang antiparalel, serta paling banyak ditemukan di
alam dan β kitin adalah struktur yang paralel (Hudson dan Jenkins,
2002). Kitin punya dua gugus hidroksil pada atom C3 dan C6 pada polimer N-asetil-g-glukosamine. Gugus OH pada C6 lebih reaktif dari C3, senyawa ini tidak larut dalam asam organik (Hirano, 2005).
Kitosan memiliki struktur linear yang
terdiri dari 2-amino-2 deoxy-β-dglucopyranan (β–d-glukosaminan) yang
dihubungkan dengan rantai (1→4) (Hirano, 2004). Kitosan merupakan
kitin yang terdeasetilasi minimal 50 % sehingga 50% amin terbebas
(Rinaudo et al., 2005). Sifat dari kitosan sangat tergantung pada
derajad deasetilasi dan berat molekul. Kitosan larut dalam larutan asam
organik dan membentuk kation. Gugus amin dari kitosan mempunyai pKa 6,5
sehingga membutuhkan pH di bawah 6 untuk melarutkan kitosan (Hudson dan
Jenkins, 2002).